Page 35 - Panduan Kunjungan Kawasan Cagar Budaya Kerta Plered
P. 35
25 Situs Cagar Budaya Masjid Kauman - Plered 26
terbentuk salah satunya adalah karena interaksi
pasar. Pasar di Pleret kemungkinan telah ada sejak
masa Jawa Kuno, dalam konsep bebas dan terbuka.
Pada masa selanjutnya, termasuk pada masa
Mataram Islam, aktivitas pasar juga masih terkesan
apa adanya, dengan memanfaatkan lahan terbuka
yang tersedia, dan bangunan semi-permanen. Pasar
mulai mengalami perbaikan setelah pemerintah
Hindia-Belanda memperhatikannya pada awal abad
ke-20. Tidak terkecuali Pasar Pleret yang diperbaiki
dengan pembuatan los-los dari material baja
(produksi N.V.Braat, 1901). Bentuknya yang khas
mempunyai karakter masa Kolonial-Belanda dengan
konstruksi baja, atap pelana, dan tutup keong.
C.c
» Los Pasar Plered
Sepasar dan Pasaran
Rotasi lima (5) hari pasar dalam konsep peraturan
desa masa Jawa Kuno, yaitu pañatur desa dan
mañcapat, diterapkan pada masa selanjutnya,
yaitu konsep sepasar dan pasaran. Hingga saat
TRIVIA Wage, dan Kliwon sebagai hari-hari pasaran. Legi
ini, Masyarakat Jawa mengenal Legi, Pahing, Pon,
diartikan sebagai tempat di timur dengan unsur udara
dan memancarkan aura atau sinar putih. Pahing di
selatan dengan unsur api dan memancarkan sinar
merah. Pon bertempat di barat dengan unsur air dan
memancarkan sinar kuning. Wage di utara dengan
unsur tanah dan memancarkan sinar hitam. Kliwon di
tengah dan memancarkan sinar pancawarna.

